Jumat, 02 Januari 2009

sma kalita


















sma 1 kalidawir

Rabu, 19 November 2008

resensi



Free Indo Flash Mp3 Player at musik-live.net
Resensi 10 : Kisah Kasih Ortu dan Anak: Inspirasi atau Menggurui?
August 18, 2006



Judul : Teen World : Ortu Kenapa Sih ?
Penulis : Blogfam
Penyusun : Benny Ramdhani dan Elsa V.
Penyuntingan Naskah : Benny Ramdhani
Diterbitkan oleh : Penerbit Cinta
Tahun Terbit : Juli 2006
Tebal Halaman : 156 hlm, ilus ; 19,5 cm

Mendengar kisah-kisah orang lain dengan membaca buku memang mengasyikkan, karena pastinya penuh inspirasi. Contoh buku kumpulan kisah-kisah seperti itu yang banyak orang tahu dan sudah baca adalah Chicken Soup for the Soul yang sudah disusul dengan banyak variasinya seperti Chicken Soup for the Soul at Work, Chicken Soup for the Teen’s Soul, dan lain-lainnya. Buku-buku seperti itu, tepat seperti judulnya, seperti sup ayam yang menyehatkan, karena bisa menghangatkan jiwa ketika badan atau jiwa sedang lesu-lesunya.

Ya, menghangatkan dan sering kemudian menyembuhkan. Seperti halnya pula buku “Ortu Kenapa, Sih?“ (mari kita singkat saja menjadi OKS) yang disusun oleh penulis dari Blogfam, komunitas webblogger Indonesia. Buku ini mengkompilasi beberapa pengalaman hidup atau peristiwa yang dialami beberapa anggota Blogfam ketika menghadapi konflik dengan orang tua mereka.

Blogfam sendiri sudah menjadi forum virtual bagi para webblogger untuk berbagi cerita, berbagai pengalaman, dan bahkan berbagi perasaan. Jadi proyek pembuatan buku OKS ini sejatinya memperluas media virtual para blogger itu ke media yang lain dalam bentuk sebuah buku. Dan dengan buku ini pula, beberapa anggota Blogfam, mewakili banyak remaja lainnya, menyumbangkan kisahnya masing-masing, untuk menjadi inspirasi tak hanya bagi para remaja yang kadang sering bingung menghadapi orang tuanya, tapi juga bagi orang tua (atau calon orang tua) yang tak kalah bingungnya memahami remaja.

Buku ini membawa kita pada kenangan-kenangan ketika mengalami masa-masa sulit, tak mengenakkan atau bahkan penuh kepahitan, dengan orang tua kita. Tapi ketika sudah melalui masa-masa itu, kita pun akan mengenangnya dengan senyum, tawa, haru dan kadang air mata yang melegakan. Dalam buku ini, beberapa kisah perseteruan mulai dari persoalan kecil seperti pilihan ransel ibu yang jelek dan hobi yang tak direstui bapak, sampai persoalan cukup berat seperti kondisi keluarga yang memperkeruh komunikasi antara anak dan orang tua, cukup menggambarkan bahwa entah itu masalah besar atau kecil, kita semua pernah tiba pada situasi ketika kita tidak bisa mengerti orang tua kita yang bahkan sampai membuat kita membenci mereka.

Tak banyak cara yang lebih mengena untuk memahami orang tua atau anak kecuali dengan mendengarkan pengalaman orang lain dan merefleksikannya dengan keadaan kita sekarang atau dengan kenangan kita masa lalu, yang lebih jauh lagi menjadi pembelajaran untuk masa depan kita. Dan seringnya remaja (dan juga orang tua tentunya) pasti tak suka digurui. Walaupun ditekankan bahwa buku ini hanya sebagai inspirasi tanpa menggurui, tapi kesan menggurui dari buku ini samar-samar terlihat dari tips-tips yang menempel di setiap akhir dari cerita. Mungkin memang baik tujuan dari tips-tips itu, untuk memudahkan pembaca menangkap pesan dari kisah itu, namun dikhawatirkan itu malah membatasi pembaca berkreasi menciptakan tips-tipsnya sendiri yang sesuai dengan kebutuhan mereka tentunya. Daripada berderet-deret tips, sebuah kalimat sederhana berupa kutipan ataupun kesimpulan, rasanya sudah cukup menjadi penutup akhir setiap kisah sekaligus penerang (bukan pengarah) bagi pembaca untuk menangkap pesan dari setiap kisah. Pada akhirnya, buku OKS ini akan lebih cocok dibaca oleh para remaja dan orang tua sebagai buku kumpulan kisah-kisah yang penuh inspirasi dibandingkan sebagai buku tips and tricks. Buku OKS ini terlihat seperti memaksakan diri memberikan tips and trick, yang kalau dihilangkan pun tak akan mnghilangkan makna dan pesan dari kisah yang dibagikan.

Membaca keseluruhan buku OKS ini, semua kisah benar-benar memberi inspirasi. Namun masih ada dua cerita dalam buku ini yang masih mengganggu, karena meninggalkan tanda tanya atau lebih tepatnya rasa penasaran, karena konfliknya masih bergantungan, tanpa sebuah bentuk penyelesaian. Dua cerita itu adalah cerita si Nunik dengan dunia teaternya dan si Fahmi dengan dunia Musiknya, yang sedikit membuat hati sedih karena bertanya kenapa harus berakhir seperti itu. Apakah akhir cerita seorang Fahmi yang bercita-cita jadi pemusik dan Nunik yang mencintai teater harus disertai dengan kekecewaan selama-lamanya kepada orangtuanya yang melarang dan tak menghargai dirinya, menyebabkan impiannya terkubur. Bagaimana proses mereka untuk rekonsiliasi dengan ortunya dan mengatasi kekecewaan mereka, serta bagaimana mereka menyikapinya dan tetap memegang harapan dan cita-citanya untuk jangan sampai mati dan terkubur. Mungkin untuk menjaga konsistensi dengan kisah-kisah lainnya, sebuah ending manis patut dihadirkan untuk kedua cerita tersebut.

Di atas semua itu, apresiasi yang sebesar-besarnya untuk komunitas Blogfam memang pantas diberikan. Sebuah karya perdana yang membuka pintu-pintu baru bagi munculnya karya-karya lainnya. Bukan tak mungkin, akan menyusul volume 2, 3, 4 dan seterusnya dari buku OKS ini yang lebih banyak lagi menampilkan cerita-cerita penuh inspirasi lainnya. Dan bukan musatahil kalau bukan buku-buku seperti ini akan terus bermunculan dengan berbagai tema remaja, seperti remaja dan sahabat, remaja dan sekolah dan tema-tema lainnya.